Selamat datang di Lazuare.com .Pada artikel kali ini kami akan menjabarkan sebuah pembahasan tentang Apresiasi Seni Rupa yang meliputi Pengertian, Jenis, Tahap, Manfaat, Tujuan, Fungsi, Aspek, dan Aliran Apresiasi Seni Rupa.
Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita sering melihat karya seni yang sangat beragam dan pada karya seni tersebut tak jarang kita juga telah melakukan suatu penghargaan atau penilaian pada karya seni tersebut. Nah, inilah yang kita sebut dengan apresiasi seni rupa. Untuk lebih jelasnya silahkan teman-teman membaca artikel dibawah ini:
Pengertian Apresiasi Seni Rupa
Apresiasi berasal dari Bahasa Latin, “appretiatius” yang artinya penghargaan atau penilaian terhadap sesuatu. Kita juga mengenal “appreciate” dalam Bahasa Inggris yang berarti melihat, menentukan nilai, menikmati, menyadari keindahan, serta menghayati sesuatu. Sedangkan, seni adalah sesuatu yang memiliki nilai keindahan atau estetika dan diciptakan oleh manusia—biasanya disebut dengan karya seni. Seseorang yang sedang melakukan apresiasi biasanya disebut apresiator.
Namun, apakah seni sama seperti seni rupa? Tidak. Seni rupa sendiri adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang dapat dilihat oleh mata dan dapat dirasakan dengan sentuhan. Seni rupa juga dapat diartikan sebagai karya seni yang diciptakan suatu objek dengan kriteria tertentu seperti konsep garis, bidang, bentuk, tekstur, warna, bahkan pencahayaannya dengan acuan estetika—sehingga, seni rupa ini dapat dinikmati menggunakan indera mata dan peraba. Sedangkan, pencipta seni biasanya disebut dengan seniman.
Maka, dapat diartikan bahwa apresiasi seni rupa merupakan suatu bentuk pengakuan, penghargaan, atau penilaian untuk sebuah karya seni berupa objek yang dapat dinikmati dengan melihat dan merasakannya.
Namun, untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa perlu memperhatikan unsur-unsur seperti tema, gaya, teknik, dan komposisi. Untuk mengapresiasi seni juga tidak dengan hanya menilai suatu karya seni saja, tapi dapat mengapresiasi sesuatu yang ada di sekitar kita. Misalnya saja, ketika kita ingin membeli baju di sebuah toko baju, tentu kita memilih salah satu baju untuk dibeli dari sekian banyak pilihan baju yang disodorkan oleh penjual. Itu artinya kita juga telah melakukan suatu apresiasi.
Penilaian setiap individu juga berbeda satu sama lain karena pada dasarnya setiap individu memiliki karakter yang beda antara satu dengan yang lainnya, sehingga hal yang disukai maupun yang dinilai juga berbeda. Jika menurut apresiator yang pertama karya tersebut sesuai seperti dengan pribadinya, belum tentu apresitor satunya mengatakan hal yang sama. Hal ini dikarenakan:
1. Status sosial yang berbeda-beda
2. Tingkat intelektual
3. Tingkat pemahaman dan penilaian seseorang itu bermacam-macam.
Apresiasi seni ialah suatu proses penghayatan suatu karya seni yang dihormati serta penghargaan pada karya seni tersebut dan pembuatnya. Secara umum apresiasi seni bisa diartikan sebagai kesadaran menilai melalui cara menghayati suatu karya seni. Kegiatan apresiasi yaitu:
1. Melakukan pengamatan pemahaman
2. Penilaian atau avaluasi
3. Mengkritik
Kegiatan seni merupakan kegiatan yang khusus dan istimewa dan merupakan kegiatan yang memberikan kesan mengenai dunia dan sekitarnya melalui sentuhan artistik dan keindahan ciptaan yang ada, terbentuk dari 2 kemungkinan yaitu afektif dan kreatif.
1. Proses apresiasi afektif, terjadi karena pengamatan seni cepat mengalami empati dan rasa puas.
2. Proses apresiasi kreatif, terjadi karena pengamat seni sadar dalam menghayati dan menilai menggunakan aspek logika untuk menentukan nilai suatu karya seni.
Jenis-jenis Apresiasi Seni Rupa
Apresiasi terhadap karya seni sendiri dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Apresiasi empatik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni yang dapat ditangkap dengan sebatas indrawi saja.
2. Apresiasi estetis, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan pengamatan dan penghayatan yang mendalam.
3. Apresiasi kritik, yaitu menilai atau menghargai suatu karya seni dengan melibatkan klasifikasi, deskripsi, analisis, tafsiran, dan evaluasi serta menyimpulkan hasil penilaian atau penghargaannya. Apresiasi yang satu ini dapat dilakukan dengan mengamati suatu benda secara langsung dan nyata.
Menurut Brent G. Wilson dalam bukunya yang berjudul Evaluation of Learning in Art Education, apresiasi sendiri memiliki 3 konteks utama, yakni:
1. Feeling (Perasaan) : Berkaitan dengan perasaan mengenai suatu keindahan.
2. Valuing (Penilaian) : Sangat erat kaitannya dengan penilaian suatu karya seni.
3. Emphatizing (Empati) : Berkaitan dengan penghormatan atau penghargaian terhadap dunia seni dan profesi seperti pelukis, pepatung, pemahat, pegrafis, pedesain, pekria, dan lain-lain.
Siapa yang dapat melakukan apresiasi seni rupa? Siapa saja dapat melakukan apresiasi terhadap karya seni rupa. Apresiasi juga dibedakan menjadi dua tipe, yakni:
1. Apresiasi pasif; pelaku dari apresiasi ini adalah orang yang masih awam terhadap seni, namun memiliki minat yang baik terhadap suatu karya seni.
2. Apresiasi aktif; apresiasi yang dilakukan muncul setelah seseorang itu menilai suatu karya seni.
Tahapan Apresiasi Seni Rupa
Selain dari jenis-jenis apresiasi yang telah dijabarkan, untuk melakukan suatu apresiasi seni kreatif juga memerlukan lima tahapan khusus sebagai berikut:
1. Pengamatan Objek karya seni : Pengamatan terhadap suatu karya seni ini tidak dilakukan dengan satu indera saja. Namun, dengan memberdayakan seluruh pribadi. Maksudnya, apresiasi ini juga dilakukan dengan ketajaman pengamatan seseorang serta pengetahuan ilmu seni.
2. Aktivitas Fisiologis : Aktivitas fisiologis adalah tindakan nyata dalam melakukan suatu pengamatan.
3. Aktivitas Psikologis : Aktivitas psikologis merupakan persepsi dengan evaluasi yang kemudian dapat menimbulan suatu interpretas imajinatif sebagai pendorong kreativitas.
4. Aktivitas Penghayatan : Aktivitas penghayatan dapat dilakukan dengan mengamati suatu objek karya seni secara mendalam.
5. Aktivitas Penghargaan : Aktivitas penghargaan merupakan suatu evaluasi terhadap objek dengan menyampaikan saran atau kritikan.
Manfaat Apresiasi Seni Rupa
Mengapa seseorang melakukan kegiatan apresiasi terhadap karya seni rupa? Tentunya banyak sekali manfaat yang dapat kita peroleh jika kita melakukan apresiasi terhadap suatu karya seni rupa, beberapa di antaranya adalah:
1. Agar kita dapat mengenal suatu bentuk karya seni. Artinya, kita tidak hanya tahu bahwa itu adalah karya seni, tapi kita memahami karya seni tersebut dari segala sisi.
2. Agar kita dapat meningkatkan serta memupuk kecintaan kita terhadap suatu karya seni, baik itu karya seni dari bangsa sendiri maupun dari luar. Serta, juga dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada sesama manusia.
3. Juga sebagai sarana untuk melakukan penilaian, penikmatan, empati, hiburan, serta edukasi.
4. Apresiasi juga mampu menimbulkan hubungan timbal-balik yang positif antara penikmat karya seni dan pencipta.
5. Selain itu, agar kita juga dapat memperoleh suatu pengalaman dan ilmu baru ketika menikmati karya seni rupa dan sebagai suatu bekal untuk menciptakan serta mengembangkan suatu karya seni yang lebih baik dan berkualitas di kemudian hari.
Tujuan Apresiasi Seni Rupa
Tujuan akhir setelah melakukan kegiatan apresiasi seni rupa adalah untuk:
1. Mengembangkan kreasi dan estetis.
2. Mengembangkan serta penyempurnaan hidup.
Fungsi Apresiasi Seni Rupa
Ada dua fungsi dari kegiatan apresiasi seni yaitu :
1. Agar kita dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus kecintaan kepada sesama manusia.
2. Sebagai penikmatan, penilaian, empati dan hiburan.
Aspek Penilaian Apresiasi Seni Rupa
Berikut ini terdapat beberapa aspek penilaian apresiasi seni rupa, terdiri atas:
1. Aspek ide/gagasan
Proses kreatif dalam dunia kesenirupaan merupakan suatu proses yang timbul dari imajinasi menjadi kenyataan. Proses mencipta suatu benda melalui pikiran, dan melaksanakannya melalui proses sehingga masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkannya. Ekspresi yang muncul akibat adanya rangsangan dari luar dan ilham dari dalam menciptakan suatu keunikan sendiri. Keunikan ekspresi pribadi itulah yang disebut kreativitas.
2. Aspek penguasaan teknis
Teknik adalah cara untuk mewujudkan suatu ide menjadi hal-hal yang kongkrit dan punya nilai. Ketidakterampilan dalam penggunaan teknik akanberdampak pada karya yang dihasilkan. Demikian dalam hal pemilihan teknik juga harus menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan karya seni. Kesalahan dalam pemilihan teknik, juga akan berdampak pada karya seni yang dihasilkan. Itulah sebabnya aspek penguasaan teknik perlu dipertimbangkan dalam penilaian sebuah karya seni.
3. Aspek penguasaan bahan
Setiap bahan mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda, misalnya sifat rotan adalah lentur, logam adalah keras, tanah liat adalah plastis dan masih banyak lagi. Untuk itu seorang pencipta karya seni harus tahu betul sifat dan karakter bahan yang digunakan. Kesalahan dalam memilih bahan juga akan berakibat pada hasil karya yang dibuatnya. Untuk itulah aspek penguasaan bahan dalam penilaian karya seni rupa terapan patut dipertimbangkan.
4. Aspek kegunaan
Sebagaimana dalam aspek pertimbangan penciptaan karya seni terapan, perlu mempertim-bangkan aspek kegunaan (applied), maka dalam penilaian juga perlu mempertimbangkan aspek tersebut. Hal ini sangat penting mengingat fungsi utama dalam seni rupa terapan adalah kegunaan. Segi-segi penilaian yang perlu dipertimbangkan dalam kegunaan adalah segi kenyamanan dalam penggunaan, segi keluwesan/fleksibelitas dan segi keamanan dalam penggunaannya.
5. Aspek wujud (form)
Aspek wujud (form) adalah aspek yang berhubungan erat dengan prinsip-prinsip komposisi. Prinsip-prinsip komposisi itu meliputi proporsi,keseimbangan (balance), irama (ritme), kontras, klimaks, kesatuan (unity).Prinsip itulah yang menjadi ukuran untuk menilai karya seni dari segi wujud atau form.
6. Aspek gaya atau corak
Karya seni adalah karya perseorangan, ia lahir dari cita, visi, dan interpretasi individual seorang seniman. Seorang yang mempunyai watak yang keras akan tercermin karya-karya yang keras baik dalam segi bentuk, pewarnaan ataupun dalam pemilihan dan pengelolahan tema. Gaya atau corak seseorang dalam menciptakan karya seni, perlu juga dipertimbangkan dalam penilaian pada sebuah apresiasi.
7. Aspek kreativitas
Kreativitas yang dimaksud di sini adalah kreativitas yang bersangkutan dengan karya seni. Banyak cara untuk menemukan kreativitas,misalnya dalam penggunaan media, bahan, alat, dan teknik yang berbeda dari yang sebelumnya. Kreativitas juga bisa didapat dengan menampilkan bentuk-bentuk baru atau memadukan unsur baru dengan yang lama. Bila-halhal di atas dapat dicapai pada penciptaan karya seni rupa, khususnya karya seni rupa terapan, maka penilaian dari aspek ini menjadi penting untuk dipertimbangkan.
8. Aspek tempat
Pertimbangan tempat di mana karya itu akan diletakkan harus mendapat perhatian dari seorang perancang karya seni rupa terapan. Seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan rumah tangga, tentunya harus berbeda dengan seperangkat meja kursi makan dari rotan yang dibuat untuk keperluan suatu rumah makan besar.
9. Aspek selera dan agama
Seorang seniman yang ingin membuat karya seni terapan yang dapat digunakan oleh orang banyak, harus dapat menyesuaikan karyanya dengan selera dan agama yang dianut oleh pasar. Dalam hal ini selera harus dipertimbangkan hal-hal yang sedang menjadi trend di masyarakat, misalnyadari segi model/bentuk, warna, ukuran, bahan yang digunakan.
Dalam hal agama, hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan, misalnya penerapan motif pada karya seni yang diciptakan, motif Bali akan lebih cocok bagi mereka yang beragama Hindu. Hal-hal seperti itu penting karena jika tidak demikian karya seni yang diciptakan tidak akan mendapat tempat dihati masyarakat.
Aliran Apresiasi Seni Rupa
Berikut ini terdapat beberapa aliran apresiasi seni rupa, terdiri atas:
1. REALISME (1800-an)
Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Lukisan adalah sejarah bagi zamannya. Pelukis/pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan teknis dan realitas yang diserap oleh indra penglihatannya. Fantasi dan imajinasi harus dihindari.
Namun, pada perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih objek yang bagus/ enak dilihat, ada pula yang memilih objek jelek/tidak enak dilihat (kumuh, mengerikan). Dari aliran ini berkembang aliran;
a. Realisme cahaya : Impresionisme.
b. Realisme Baru/Sosial : Menggunakan objek dampak industri di perkotaan.
c. Realisme Fotografis : Dikaitkan dengan keberadaan dan kekuataan untuk menyamai hasil fotografi yang sangant detail dalam menangkap objek.
2. NATURALISME
Aliran ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang indah dan membuai saja, secara visual persis seperti objek aslinya (fotografis). Dalam perkembangannya cenderung memperindah objek secara berlebihan.
3. ROMANTISISME (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih bersifat imajiner. Awalnya melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis ataupun dahsyat. Dalam melukiskannya, baik dari pengaturan estetika maupun aktualitas piktorialnya selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih tegas.
4. IMPRESIONISME/REALISME CAHAYA/LIGHT PAINTING (1874)
Aliran yang menggunakan konsep melukis berdasarkan usaha merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada suatu onjek/benda, sehingga menghindari garis atai kejelasan kontur. Cahaya yang dimaksud terutama berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum warna. Cara melukisnya harus cepat karena cahaya matahari yang terus bergerak/berubah dan dipengaruhi oleh cuata. Hal ini bisa membuat lukisan hanya selintas/tidak detail.
Selanjutnya aliran ini berkembang menjadi post-Impresionis. Ini bukan aliran, melainkan kelompok untuk menamai karya-karya pelukis yang mengembangkan perenungan problem cahaya dengan lebih mendalam, sehingga mencari jalan sendiri-sendiri.
Mereka menggambungkan keindahan alam dan keindahan seni. Untuk ini harus mengubah dlu unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang lebih menggema.
5. EKSPRESIONISME (1900-an)
Aliran ini berusaha mengekspresikan aktualitas bukan hanya berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin. Luapan perasaan berupa kesedihan atau tekanan batin lainnya yang mengalir deras menyebabkan kebebasan teknik dalam melukiskannua, sehingga cenderung terhadi distorsi dan sensasi.
Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan secara visual tidak lagi menjadi pertimbangan estetika.
6. FAUVISME (1900-an)
Aliran yang dipelopori oleh sekelompok seniman muda untuk membebaskan diri dari batasan aliran sebelumnya, sehingga mendapat juukan Les Fauvees (Binatang jalang) dari kritikus Perancis Louis Vauxcelles. Julukan tersebut malah dijadikan nama aliran mereka. Namun, aliran ini tidak bertahan lama.
Aliran ini menekankan pada penggunakan garis kontur yang tegas dan berusaha mengembalikan warna pada peranannya yang mutlak (tidak harus sesuai kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa saja tanpa memikirkan isi dan maknanya.
7. KUBISME (1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris dengan intuisi dan rasionalitas.
Konsep dasarnya adalah menghadirkan tampilan secara serempak dan simultan berbagai bagian objek, baik yang dilihat dari depan atau belakang , yang tampak atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan hubungan antara bagian-bagian itu. Selanjutnya berkembang menjadi dua konsep sebagai berikut,
a. Kubisme Analitis : objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian dilukis atau dibentuk sekaligus.
b. Kubisme Sintesis : objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling tumpang tindih sehingga membentuk tampilan yang unik.
8. FUTURISME (1909)
Seniman futuris berpandangan bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui aktivitas, tema yang mengandung kesibukan dan kesimpangsiuran diangkat ke dalam karyanya dalam bentuk kesan keindahan gerak yang dinamis.
9. DADAISME (1916)
Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Prancis yang artinya kuda mainan. Aliran ini mendukung Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai protes akibat tidak adanya polarisasi nilai (baik/buruk) sosial dan eitka akibat perang dunia.
Hal inilah yang menyebabkan karya dadaisme memiliki ciri sinis, konyol, menggambarkan benda atau mesin sebagai manusia, mengikuti kemauan sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase adalah salah satu dari teknik yang digunakan.
10. SUREALISME (1937)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (dalam kontrol kesadaran/ingatan) dan bawah sadar (tidak dalam kontrol keseadaran/ terlupakan).
Dalam karya aliran ini, alam nyata dan keserbabisaan mipi terpadu, sehingga menampakkan kesan aneh atau fantastik. Selanjutnya terdapat dua kecenderungan, yaitu:
a. Surealisme Figuratif
Penampakannya masih realistik, meskipun tidak wajar, sehingga penguasaan teknik tidak diperlukan.
b. Sureralisme Abstraktif
Sudah digayakan mendekati abstrak.
11. ABSTRAKISME (1940-an)
Aliran seni yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau nonfiguratif. Sebenarnya kesan abstrak sudah nampak pada gaya Kubisme, Futurisme, atau Surealisme, tapi mereka memiliki perbedaan konsep yang mendasar.
Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk dan warna yang terbebas dari ilusi atas bentuk alam. Secara lebih umum abstrakisme merupakan seni saat bentuk-bentuk di alam tidak lagi berfungsi sebagai ibjek atau tema, tetapi seperti motif saja.
Dalam perkembangannya terbagi menjadi sejumlah golongan.
Abstrak Ekspresionisme/Non-Figuratif.
Ekspreksi gejolak jiwa yang digambarkan secara spontan dan abstrak. (Roberto Matta, Personages rythmiques; Ashile Gorky, The lover is the cock’s comb). Selanjutnya terbagi lebih spesifik enajdi:
a. Color Field Painting
Menampilkan bidang-bidang yang relatif lebar berwarna. (Jackson Pollock, Number 4;Ben Nicholson, Celestial Blue)
b. Action Painting
Lebih mengutamakan aksi atau cara melukis daripada bentuk.
Abstrak Geometros/Abstraksionisme/Non-Objektif
Konsepnya adalah mengabstraksikan objek geometris menjadi bentuk nonobjektif. Selanjutnya berkembang menjadi lebih spesifik. Terbagi menjadi:
a. Suprematisme
Lebih mengutamakan supremasi perasaan murni dengan objek yang tidak memusingkan
b. Neoplatisisme
Konsepnya adalah pembebasan esensi atau unsur seni rupa seperti garis dan warna dari beban peniruan bentuk alam. Bindang datar tidak untuk memanipulasi gambaran ruang. Pemurnan dan penyederhanaan ini diusahakan untuk mencapau universalitas.
(Wassily Kandisky, Accented corner; Kasimir Malevich. Suprematism; Piet Mondrian, Cmposition with red, yellow, and blue)
c. Konstruktivisme
Penganut aliran ini berusaha mengonstruksi bentuk tiga dimensi. Trimatra yang abstrak menggunakan bahan bangunan modern dari besi, kawat, kayu, dan plastik.
(Alexander Calder, Red pointed iron, Naum gabo, Colimn)
d. Optical Art
Unsur yang dipakai iadalah bentuk geometris yang berulang. Garis, bentuk, dan warna diatur dengan akurasi yang tepat untuk memunculkan kesan tekstur atau ruang yang dapat mengelabui penglihatan. Mengutamakan kesan ilmiah dan kurang memperhatikan ekspresi.
(Victor Vasarely, Trion; Richard Anuszkiewicz, Entrance to green)
12. POP ART (1970-an)
Pop art merupakan perkembangan seni yang dipengaruhi oleh transformasi budaya populer yang terjadi di masyarakat. Budaya materialisme dan komersial pada kota metropolis seperti: fotografi, film, model/desain, iklan tokoh idola, merupakan sumber inspirasi yang memotivasi gerakan ini.
Pop art sering menggunakan media campuran dalam karyanya. Misalnya lukisan dengan gaya firi, berbagai kombinasi antara lukisan, ukiran, atau patung kayu, logam, plastik, gibs, rongsokan, dan bahan lainnya. Pengaruh dadaisme membuat kita kadang tersenyum jika melihat tampilan karya seninya.
a. POP MODERN/KONTEMPORER
Hingga kini masih terdapat perbedaan dalam menglasifikasikan gaya dalam seni rupa sesudah periode modern. Kita akan menyedarhanakan konsep penglasifikasian tersebut bagi kepentingan pengetahuan siswa dengan kecenderungan praktis. Secara umum kontemporer berarti seni rupa yang berkembang sezaman dengan penulis atau mengamat masa kini.
Istilah ini merujuk pada waktu ketika banyak trend yang mewarnai suatu masa. Pada periode ini juga terdapat pembagian seni menurut konsumennya yaitu kelas atas (high art) dan untuk kelas bawah (low art). Adapun karya seni rupa Ipost modern.posmodern dapat dibagi menjadi seabgai berikut.
Dalam posmodern terapan, penampilan seni murni (lukisan, patung) tetap ada. Namun, pada akhirnya keindahan motif dan desain menjadi inspirasi dan cenderung digunakan untuk karya seni pakai keperluan manusia. Misalnya berupa arsitektur bangunan, perabot rumahtangga, maupun benda-benda teknologi baru. Sementara, klasifikasi seni modernisme antara lain sebagai berikut:
1) Art Nouveau / Art Deco
Gaya ini berkembang didasarkan dekorasi garis lengkung meliuk baik simetris atau asimetris sebagai adaptasi bentuk ornamen dan wujud ketrampulan membentuk barang dengan mesin
2) Estetika Mesin
Konsepnya agak bertentangan dengan art deco. Benda atau karya yang dibentuk dengan bantuan alat atau mesin tampil apa adanya tanpa ornamen yang rumit
3) Gaya internasional
Merupakan pengembagnan konsep sebelumnya yang cenderung diterapkan pada arsitektur bangunan
4) Gaya Aeorofinamis (Streamlining)
Gaya ini diterapkan untuk mendesain kendaraan berkecepatan tinggi agar diperoleh tingkat aerodinamis yang maksimal. Namin, kemudian berkembang pada benda seni pakai yang lain
5) Hi-tec
Desain dengan gaya ini dirancang prakts untuk kebutuhan barang-barang teknologi tinggi agar mencapai tingkat edisiensi yangn maksimal
6) Bio Desain
Gaya bio desain merupakan desain hi-tec yang lebih fleksibel atau luwes karena diadaptasikan dengan bentuk yang ada di alam (hewan,, tumbuhan dan sebagainya).
b. Posmodern Murni/Ekspresif
Gaya ini mungkin dapat diterapkan pada seni pakai, tetap kecenderungannya lebih digunakan untuk berekstresi/sensasi. Berikut ini adalah cintih seni posmodern ekspresif.
Seni instalasi secara teknis merupakan pengembangan dari proses pembuatan seni parung yaitu teknik asembling (assemlage). Objek karya seni (biasanya 3D) dikreasikan dengan cara mengonstruksi, merakit, atau mengombinasikan berbagai media secara bersamaan. Teknik ini merupakan pengembangan dari periode dadai yang membebaskan segala media dan cara untuk berkreasi.
Demikianlah pembahasan artikel kali ini tentang Apresiasi Seni Rupa yang meliputi Pengertian, Jenis, Tahap, Manfaat, Tujuan, Fungsi, Aspek, dan Aliran Apresiasi Seni Rupa.Semoga teman-teman dapat mengambil manfaat dari pembahasan diatas. Terimah kasih.