Manusia perlu berinteraksi dengan orang lain dengan berbagai media salah satunya adalah bahasa sebagai alat untuk dapat terhubung. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak akan bisa menyampaikan maksud atau pesan tertentu yang ditujukan termasuk tidak bisa meminta bantuan kepada lingkungannya. Ada berbagai macam bahasa lahir di seluruh dunia salah satunya adalah bahasa Sansekerta yang termasuk salah satu bahasa tertua. Lalu apa itu bahasa Sansekerta dan mengapa bahasa ini sampai termasuk salah satu bahasa tertua yang pernah dipakai di dunia?
Untuk menjawab pertanyaan diatas. mari kita simak dan bahas tentang Bahasa Sansekerta mulai dari Sejarah, pengertian, Ciri- ciri dan Contoh Bahasa Sansekerta.
Sejarah Bahasa Sansekerta
Naskah Devimahatmya pada daun lontar menggunakan aksara Bhujimol awal, berasal dari Bihar atau Nepal, abad ke-11.
Kata sifat saṃskṛta- berarti “berbudaya”. Bahasa yang dirujuk sebagai saṃskṛtā vāk “bahasa yang berbudaya” secara definisi sudah selalu merupakan bahasa yang “tinggi”, dipakai untuk keperluan agama dan keperluan ilmiah serta bertentangan dengan bahasa yang dipakai oleh rakyat jelata. Bahasa ini juga disebut deva-bhāṣā yang artinya adalah “bahasa Dewata”.
Tatabahasa bahasa Sanskerta tertua yang masih lestari ialah karangan Pāṇini dan berjudulkan Aṣṭādhyāyī (“Tatabahasa Delapan Bab”) yang kurang lebih ditarikh berasal dari abad ke-5 SM. Tatabahasa ini terutama merupakan tatabahasa normatif atau preskriptif yang terutama mengatur cara pemakaian yang baku dan bukan deskriptif, meski tatabahasa ini juga memuat bagian-bagian deskriptif terutama mengenai bentuk-bentuk Weda yang sudah tidak dipakai lagi pada zaman Panini.
Bahasa Sanskerta termasuk cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bersama dengan bahasa Iran, bahasa Sanskerta termasuk rumpun bahasa Indo-Iran dan dengan ini bagian dari kelompok Satem bahasa-bahasa Indo-Eropa, yang juga mencakup cabang Balto-Slavik.
Ketika istilah bahasa Sanskerta muncul di India, bahasa ini tidaklah dipandang sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya, namun terutama sebagai bentuk halus atau berbudaya dalam berbicara. Pengetahuan akan bahasa Sanskerta merupakan sebuah penanda kelas sosial dan bahasa ini terutama diajarkan kepada anggota kasta-kasta tinggi, melalui analisis saksama para tatabahasawan Sanskerta seperti Pāṇini.
Bahasa Sanskerta sebagai bahasa terpelajar di India berada di samping bahasa-bahasa Prakreta yang merupakan bahasa rakyat dan akhirnya berkembang menjadi bahasa-bahasa Indo-Arya modern (bahasa Hindi, bahasa Assam, bahasa Urdu, Bengali dan seterusnya).
Kebanyakan bahasa Dravida dari India, meski merupakan bagian rumpun bahasa yang berbeda, mereka sangat dipengaruhi bahasa Sanskerta, terutama dalam bentuk kata-kata pinjaman. Bahasa Kannada, Telugu dan Malayalam memiliki jumlah kata pungut yang terbesar sementara bahasa Tamil memiliki yang terendah. Pengaruh bahasa Sansekerta pada bahasa-bahasa ini dikenali dengan wacana Tat Sama (“sama”) dan Tat Bhava (“berakar”). Sementara itu bahasa Sansekerta sendiri juga mendapatkan pengaruh substratum bahasa Dravida sejak masa sangat awal.
Bahasa Weda
Bahasa Sanskerta Weda atau disingkat sebagai bahasa Weda adalah bahasa yang dipergunakan di dalam kitab suci Weda, teks-teks suci awal dari India. Teks Weda yang paling awal yaitu gweda, diperkirakan ditulis pada milennium ke-2 SM, dan penggunaan bahasa Weda dilaksanakan sampai kurang lebih tahun 500 SM, ketika bahasa Sanskerta Klasik yang dikodifikasikan Panini mulai muncul.
Bentuk Weda dari bahasa Sanskerta adalah sebuah turunan dekat bahasa Proto-Indo-Iran, dan masih lumayan mirip (dengan selisih kurang lebih 1.500 tahun) dari bahasa Proto-Indo-Europa, bentuk bahasa yang direkonstruksi dari semua bahasa Indo-Eropa. Bahasa Weda adalah bahasa tertua yang masih diketemukan dari cabang bahasa Indo-Iran dari rumpun bahasa Indo-Eropa.
Bahasa ini masih sangat dekat dengan bahasa Avesta, bahasa suci agama Zoroastrianisme. Kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa-bahasa yang lebih mutakhir dari Eropa seperti bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Inggris bisa dilihat dalam kata-kata berikut: Ing. mother /Skt. मतृ matṛ atau Ing. father /Skt. पितृ pitṛ.
Penelitian Oleh Nangsa Eropa
Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth (1620–1668) dan Johann Ernst Hanxleden (1681–1731), dan dilanjutkan dengan proposal rumpun bahasa Indo-Eropa oleh Sir William Jones. Hal ini memainkan peranan penting pada perkembangan ilmu perbandingan bahasa di Dunia Barat.
Sir William Jones, pada kesempatan berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata:
The Sanskrit language whatever be its antiquity, is of a wonderful structure; more perfect than the Greek, more copious than the Latin, and more exquisitely refined than either, yet bearing to both of them a stronger affinity, both in the roots of verbs and in the forms of grammar, than could possibly have been produced by accident; so strong, indeed, that no philologer could examine them all three, without believing them to have sprung from some common source, which, perhaps, no longer exists.” ”
Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunaannya, memiliki struktur yang menakjubkan; lebih sempurna daripada bahasa Yunani, lebih luas daripada bahasa Latin dan lebih halus dan berbudaya daripada keduanya, namun memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya, baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tatabahasa, yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan; sangat eratlah keterkaitan ini, sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya, tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama, yang kemungkinan sudah tidak ada.
Memang ilmu linguistik (bersama dengan fonologi, dsb.) pertama kali muncul di antara para tatabahasawan India kuna yang berusaha menetapkan hukum-hukum bahasa Sanskerta. Ilmu linguistik modern banyak berhutang kepada mereka dan saat ini banyak istilah-istilah kunci seperti bahuvrihi dan suarabakti diambil dari bahasa Sansekerta.
Pengertian Bahasa Sansekerta
Bahasa Sansekerta adalah rumpun bahasa Indo-Eropa yang dianggap salah satu yang paling tua dan banyak dikenal oleh para peneliti bahasa. Makna dari bahasa Sanskerta yaitu bahasa yang sempurna, antonim dari bahasa rakyat atau prakerta dan banyak dipakai untuk keperluan agama atau ilmiah. Sampai saat ini, bahasa Sansekerta menjadi salah satu bahasa resmi yang digunakan di negara India karena berhubungan erat dengan Agama Hindu dan Budha. Di daerah India sendiri, bahasa Sansekerta banyak digunakan dalam beberapa acara dalam agama Hindu atau beberapa perayaan besar kenegaraan lainnya.
Bagi masyarakat India, bahasa ini begitu eksklusif karena menjadi penanda perbedaan status sosial sehingga hanya diajarkan kepada golongan atau kasta tinggi. Penggunaan bahasa Sansekerta tidak hanya berkembang di negara India saja, namun beberapa negara juga menggunakannya untuk beberapa simbol tertentu atau semboyan. Indonesia menjadi salah satu dari beberapa negara di dunia yang menggunakan bahasa ini dalam semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Kita tidak asing dengan semboyan yang bermakna berbeda-beda tetapi tetap satu juga, yang diambil dari salah satu bahasa tertua di dunia ini. Walau tidak sepenuhnya semboyan ini menggunakan bahasa Sansekerta karena ada perpaduan dengan bahasa asli dari Indonesia yaitu Jawa Kuno.
Bahasa Sanskerta (ejaan tidak baku: Sansekerta, Sangsekerta, Sanskrit,aksara Dewanagari: संस्कृतम्, saṃskṛtam) adalah bahasa kuno Asia Selatan yang merupakan cabang Indo-Arya dari rumpun bahasa Indo-Eropa.Bahasa ini berkembang di Asia Selatan setelah moyangnya mengalami difusi trans-budaya di wilayah barat laut Asia Selatan pada Zaman Perunggu. Bahasa Sanskerta adalah bahasa suci umat Hindu, Buddha, dan Jain. Bahasa ini merupakan basantara Asia Selatan pada zaman kuno dan pertengahan, dan menjadi bahasa agama, kebudayaan, dan politik yang tersebar di sejumlah wilayah di Asia Tenggara, dan Tengah.Bahasa ini memberikan banyak pengaruh bahasa di Asia Selatan, Tenggara, dan Timur, khususnya melalui kosakata yang dipelajari.
Bahasa Sanskerta masih mempertahankan ciri-ciri bahasa Indo-Arya kuno.Bentuk arkaisnya adalah bahasa Weda yang ditemukan dalam Regweda, kumpulan 1.028 himne yang disusun oleh masyarakat suku Indo-Arya yang bermigrasi di wilayah yang kini Afganistan hingga Pakistan dan kemudian India Utara. Bahasa Weda ini berakulturasi dengan bahasa kuno yang telah ada di anak benua India, menyerap kosakata yang berkaitan dengan nama-nama hewan dan tumbuhan; dan tambahannya, rumpun bahasa Dravida kuno mempengaruhi fonologi dan sintaksis Sanskerta.”Sanskerta” dapat juga merujuk pada bahasa Sanskerta klasik yang tata bahasanya dibakukan pada pertengahan milenium pertama SM secara sangat lengkap,yang termuat dalam kitab Aṣṭādhyāyī (“Delapan Bab”) karya Pāṇini.Pujangga dan dramawan besar Kalidasa menulis menggunakan bahasa Sanskerta klasik, dan dasar-dasar aritmetika klasik pertama kalinya dideskripsikan dalam bahasa Sanskerta klasik. Dua wiracarita besar Mahabharata dan Ramayana, disusun menggunakan gaya bahasa cerita lisan yang digunakan di India Utara antara 400 SM dan 300 SM, dan kira-kira sezaman dengan bahasa Sanskerta klasik.Pada abad-abad berikutnya bahasa Sanskerta mulai terikat tradisi, berhenti dipelajari sebagai bahasa ibu, dan akhirnya berhenti berkembang sebagai bahasa yang hidup.
Nyanyian Regweda sangat mirip dengan puisi arkais berbahasa Iran dan Yunani, Gathas dalam bahasa Avesta dan Illiad karya Homeros.Karena Regweda mengalir dari mulut ke mulut dengan cara rajin menghafal,dan dianggap sebagai sebuah teks tunggal tanpa varian apa pun, Regweda melestarikan morfologi dan sintaksis yang mendorong rekonstruksi moyang dari bahasa tersebut, bahasa Proto-Indo-Eropa.Bahasa Sanskerta tidak memiliki sistem tulisan yang spesifik: sekitar peralihan milenium pertama Masehi, bahasa ini ditulis dalam aksara-aksara berumpun Brahmi dan saat ini menggunakan aksara Dewanagari.
Status, fungsi, dan penempatan bahasa Sanskerta sebagai warisan sejarah dan budaya India diakui dalam bahasa resmi di Jadwal Kedelapan dari Konstitusi India. Namun, di luar kebangkitannya,tidak ada masyarakat yang mengakui bahasa ini sebagai bahasa ibu di India. Pada sensus terakhir di India, sekitar ribuan warga negara India mengakui bahasa Sanskerta sebagai bahasa ibu mereka, dan angka itu dianggap menandakan harapan penyelarasan dengan prestise berbahasa.Bahasa Sanskerta diajarkan di gurukula sejak zaman kuno; dan kini diajarkan pada sekolah menengah pertama. Sekolah modern bahasa Sanskerta tertua adalah Sampurnanand Sanskrit Vishwavidyalaya, didirikan pada 1791 pada masa pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Britania.Bahasa Sanskerta menjadi bahasa liturgi bagi umat Hindu dan Buddha, digunakan untuk membacakan nyanyian dan mantra.
Contoh Bahasa Sansekerta
Berikut ini terdapat beberapa contoh bahasa sansekerta, terdiri atas:
Contoh tulisan Sansekerta
Di bawah ini disajikan sebuah contoh semua kasus sebuah kata maskulin singular deva (Dewa, Tuhan atau Raja).
Singular:
nom. devas arti: “Dewa”
vok. (he) deva arti: “Wahai Dewa”
ak. devam arti: “ke Dewa” dsb.
inst. devena arti: “dengan Dewa” dsb.
dat. devāya arti: “kepada Dewa”
ab. devāt arti: “dari Dewa”
gen. devasya arti: “milik Dewa”
lok. deve arti: “di Dewa”
Dualis:
nva devau
ida devābhyām
gl devayos
Jamak:
nv devās
a devān
i devais
da devebhyas
g devānām
l deveṣu
Contoh Bahasa Sansekerta
Ciri-ciri Bahasa Sansekerta
Setelah mengetahui apa itu bahasa Sansekerta pada ulasan sebelumnya, lalu bagaimana ciri-ciri bahasa Sansekerta sehingga orang dapat membedakannya dengan yang lainnya? Berikut ini ciri-cirinya.
1. Mempunyai Delapan Tata Bahasa
Dalam bahasa Sansekerta terdapat Delapan tata bahasa yang membedakannya dengan bahasa lainnya. Delapan tata bahasa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
- Tata bahasa berupa nominatif merupakan tata bahasa yang merujuk pada kata benda. Nominatif dalam pola bahasa pada pembentukan kalimat tertentu menunjukkan posisi sebagai subjek. Pada intinya, normatif merupakan kelas kata untuk semua jenis atau unsur yang dapat dibendakan.
- Tata bahasa vokatif merupakan kata yang merujuk pada kata persuasif seperti ajakan, seruan, atau panggilan.
- Tata bahasa berupa akusatif merupakan kata yang menunjukkan pada objek dari sebuah kata kerja. Akusatif dalam pembentukan suatu kalimat menempati posisi sebagai objek yang didahului oleh kata kerja berbentuk transitif. Sehingga akusatif dengan kata kerja transitif harus saling berdampingan karena keduanya saling mempengaruhi.
- Tata bahasa instrumentalis merujuk pada alat. Pada kalimat bentuk pasif, kata benda yang menyebut pelaku merupakan instrumentalis.
- Tata bahasa dativ merujuk pada kata tunjuk yaitu kepada, seperti, atau untuk.
- Tata bahasa berupa ablatif merujuk pada asal usul sesuatu atau objek yang mampu menggerakan sesuatu.
- Tata bahasa generatif merujuk pada kata yang menunjukkan kepemilikan atau kepunyaan.
- Tata bahasa lokatif merujuk pada keberadaan sesuatu atau menunjukkan letak suatu tempat tertentu.
2. Mengenal Tiga Jenis Kelamin atau Gender
Ada tiga jenis kelamin atau gender yang dikenal dalam Sansekerta yaitu maskulin yang merupakan laki-laki, feminin pada perempuan, serta netral. Penggunaannya biasa pada benda-benda yang dapat dibedakan menurut gendernya. Netral disini berarti kata benda yang dimaksud dapat melekat pada laki-laki atau pada perempuan. Kata benda yang berakhiran a tapi pendek merupakan maskulin atau netral, sedangkan yang berakhiran a panjang maka hampir bisa dikatakan feminim.
3. Ada Tiga Jenis Jumlah
Ada tiga jenis dalam tata bahasa Sansekerta untuk membedakan suatu benda, yaitu singular untuk benda yang berjumlah satu, dualis untuk menunjukan dua benda, dan jamak yang menunjukkan jumlah lebih dari dua.
4. Memiliki Skema Dasar
Skema dasar disini sebagai tanda untuk membedakan mana kata yang termasuk singular, dualis, atau jamak. Skema dasar inilah yang digunakan dalam pembentukan kata dalam 8 tata bahasa seperti yang sudah dijelaskan di atas.
5. Mempunyai Hukum Sandhi
Hukum sandhi merupakan perubahan kata yang terjadi baik itu di awal, tengah, atau akhir karena adanya pengaruh bunyi yang hampir mirip. Ada dua jenis hukum sandhi, yaitu sandhi dalam dan sandhi luar. Sandhi dalam adalah kata dasar yang bergabung dengan imbuhan tertentu. Sedangkan sandhi luar adalah dua kata dasar yang bergabung menjadi satu kata utuh.
Istilah ini dapat ditemukan dalam bahasa Jawa Kuno atau dalam bahasa Indonesia. Beberapa contoh yang termasuk sandhi dalam pada bahasa Jawa yaitu:
omah yang berarti rumah terbentuk dari dua unsur yaitu a ditambah uma.
kepengen yang bermakna keinginan terbentuk dari dua unsur yaitu kapa dan ingin.
Sedangkan yang termasuk sandhi luar diantaranya yaitu narendra (gabungan dari nara dengan indra) serta Werkudara (gabungan dari wreku dengan udara).
Setelah tahu apa itu bahasa Sansekerta, ciri-ciri, hingga sejarahnya, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Begitu besarnya pengaruh bahasa Sansekerta di dunia ini membuat keberadaannya masih melekat meski zaman terus berubah. Hal tersebut menandakan bahwa leluhur bangsa tersebut berhasil menjaga eksistensinya antar generasi. Kita sebagai bangsa Indonesia juga harus mencontoh pelestarian tersebut dan menjaga agar bahasa Indonesia sebagai media komunikasi tidak luntur tergerus waktu. Jangan sampai alat pemersatu bangsa yang begitu majemuknya hilang sehingga kita juga akan kehilangan identitas nasional.