Cara Mengatasi Konflik Sosial – Pengertian, Teori, Faktor, Jenis, Upaya, Hasil Manajemen – Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi benturan-benturan kepentingan antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat.
Konflik antarbudaya ataupun multidimensional yang sering muncul dan mencuat dalam berbagai kejadian yang memprihatinkan dewasa ini bukanlah konflik yang muncul begitu saja. Akan tetapi, merupakan akumulasi dari ketimpangan–ketimpangan dalam menempatkan hak dan kewajiban yang cenderung tidak terpenuhi dengan baik. Konflik merupakan gesekan yang terjadi antara dua kubu atau lebih yang disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, kelangkaan sumber daya, serta distribusi yang tidak merata, yang dapat menimbulkan deprifasi relative di masyarakat.


Teori Penyebab Konflik
Ada beberapa teori penyebab konflik berikut ini akan dipaparkan beberapa teori tentang penyebab konflik.
- Teori Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. - Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalamai konflik. - Teori Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. - Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. - Teori Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. - Teori Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Faktor Penyebab Konflik
- Perbedaan Individu Meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
- Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalin hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
- Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikitnya akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memiicu konflik.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda.
- Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
- Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
- Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi perubahan itu berlangsung cepat dan bahkan mendadak, perubahan tersebut dapatmemicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama di masyarakat tradisisonal yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Jenis Konflik
Indonesia adalah salah satu negara yang berpotensi konflik. Dilihat dari berita-berita di media massa, berbagai konflik terjadi di Indonesia. Konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
- Konflik Destruktif
Merupakan konflik yang membawa akibat kurang menguntungkan bagi pihak yang berkonflik. Konflik destruktif dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda, persaingan, perasaan cemas dan sebagainya. Konflik destruktif dapat terjadi karena perasaan tidak senang atau benci. - Konflik Konstruktif
Adalah suatu konflik yang terjadi karena adanyaperbedaan pendapat dalam menghadapi suatu masalah. Konflik konstruktif mampu membawa ke arah keuntungan dan akibat yang membangun, konflik ini bersifat fungsional. Hasil dari konflik konstruktif diantaranya menghasilkan suatu konsesus atau kesepakatan dari perbedaan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu perbaikan. - Konflik Vertical
Konflik vertikal adalah konflik yag terjadi antara lapisan dan komponen masyarakat yang berbeda atau bertingkat. Misalnya seperti konflik masyarakat dengan negara seperti yang terjadi antara pemerintah dengan rakyat, buruh dengan majikan, konflik aceh dan sebagainya. - Konflik Horizontal
Merupakan konflik yang terjadi dalam satu lapisan sosial yang sama. Konflik horizontal misalnya konflik yang terjadi antarsuku bangsa, antarras, antaragama, antargolongan seperti yang terjadi di Papua, Poso dan sebagainya. Konflik ini terjadi karena para pelaku yang berkonflik kedudukannya sama, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. - Konflik Diagonal
Konflik diagonal merupakan konflik yang terjadi kerena adanya ketidak adilan alokasi sumber daya keseluruhan organisasi sehingga dapat menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Misalnya pertentangan atau konflik di Aceh. - Konflik social
Yaitu konflik yang sering terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik. Konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu: - Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara lapisan sosial yang berbeda. Misalnya konflik yang terjadi antara pemerintah dengan warga masyarakat.
Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi antara kelompok atau individu dalam kelas atau lapisan sosial yang sama. Misalnya konflik antarsuku, antaretnis, antarras dan sebagainya.
Upaya Mengatasi Konflik Sosial
Dalam pengendalian suatu konflik hanya mungkin dapat dilakukan bila berbagai pihak yang berkonflik tersebut terorganisir secara jelas. Menekankan sebuah konflik agar tidak berlanjut menjadi sebuah tindak kekerasan memerlukan strategi pendekatan yang tepat.
- Pengendalian Secara Umum
Secara umum terdapat beberapa cara dalam upaya mengendalikan atau meredakan sebuah konflik yaitu sebagai berikut :
- Konfiliasi ( consiliation )
Konsiliasi ialah bentuk suatu pengendalian konflik sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu yang dapat memberikan keputusan dengan adil. Dalam konsiliasi berbagai kelompok yang berkonflik duduk bersama mendiskusikan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan. Misalnya bentuk pengendalian bentuk seperti ini ialah melalui lembaga perwakilan rakyat.
- Arbitrasi ( arbitration )
Arbitrasi ialah bentuk pengendalian konflik sosial yang melalui pihak ketiga dan kedua belah pihak yang berkonflik yang menyetujuinya. Keputusan-keputusan yang diambil pihak ketiga hanya dipatuhi oleh pihak-pihak yang berkonflik.
- Mediasi ( mediation )
Mediasi ialah bentuk pengendalian konflik sosial yang dimana pihak-pihak yang berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Namun hal ini berbeda denga arbitrasi keputusan-keputusan pihak ketiga tidak mengikat manapun.
- Adjudication
Adjudication ialah cara penyelesaian konflik melalui pengadilan yang tetap dan adil. Pada bentuk ini telah terjadi konflik yang terjadi antara dua belah pihak kemudian pihak tersebut memilih untuk menyelesaikan konfliknya di pengendalian.
- Segregasi ( segregation )
Upaya saling menghindari atau memisahkan diri untuk mengurangi ketegangan.
- Stalemate
Konflik yang berhenti dengan sendirinya karena kekuatan yang seimbang.
- Kompromi ( compromise )
Kedua belah pihak yang bertentangan berusaha mencari penyelesaian dengan mengurangi tuntutan. Misalnya perjanjian antar Negara tentang batas wilayah perairan.
- Coercion
Penyelesaian konflik dengan paksaan. Hal ini terjadi disebabkan salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan dengan pihak lawan.
- Konversi
Salah satu pihak mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain.
- Gencatan Senjata
Pengehentian konflik untuk semnetara waktu yang biasanya dalam bentuk peperangan untuk menyembuhkan korban.
Pengendalian Menggunakan Manajemen Konflik
Di samping cara-cara diatas gaya pendekatan seseorang atau kelompok dalam menghadapi situasi konflik dapat dilaksanakan sesuai dengan tekanan relatif atas apa yang dinamakan cooperativeness dan assertiveness. Cooperativeness ialah keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan minat indivindu atau kelompoknya lain.
Sedangkan assertiveness merupakan keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan minat indivindu atau kelompok sendiri. ada lima gaya manajemen konflik yang berkaitan dengan adanya tekanan relative di antara keinginan untuk menuju kea rah cooperativeness atau assertiveness sesuai dengan intensitasnya yakni sebagai berikut.
- Tindakan Menghindari
Bersikap tidak kooperatif dan assertif menarik diri dari situasi yang berkembang atau bersikap netral dalam segalam macam kondisi. - Kompetisi atau Komando Otoritatif
Bersikap tidak kooperatif tetapi asertif bekerja dengan cara menentang keinginan pihal lain, berjuang untuk mendominasi dalam situasi menang atau kalah dan memaksakan segala sesuatu agar sesuai menang atau kalah dan memaksakan segala sesuatu agar sesuai dengan kesimpulan tertentu dengan menggunakan kekuasaan yang ada. - Akomodasi atau Meratakan
Bersikap tidak kooperatif tetapi tidak asertif membiarkan keinginan pihak lain menonjol meratakan perbedaan-perbedaan guna mempertahankan harmoni yang diusahakan secara buatan. - Kompromis
Bersikap cukup kooperatif dan juga asertif dalam intensitas yang cukup. Bekerja menuju kea rah pemuasan pihak-pihak yang berkepentingan mengupayakan tawar-menawar untuk mencapai pemecahan yang adapt diterima kedua belah pihak meskipun tidak sampai tingkat optimal, tak seorang merasa menang dan tak seorang pun meras bahwa yang bersangkutan menang atau kalah secara mutlak. - Kolaborasi ( kerja sama )
Bersikap kooperatif maupun asertif berusaha untuk mencapai kepuasan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan jalan bekerja melalui perbedaan-perbedaan yang ada mencari dan memecahkan masalah hingga setiap indivindu atau kelompok mencapai keuntungan masing-masing sesuai dengan harapannya.
Hasil Manajemen Konflik
Dari gaya manajemen konflik tersebut kemungkinan hasil didapat sebagai berikut.
Konflik Kalah-Kalah
Konfilk yang demikian terjadi bila tak seorang pun diantara pihak yang terlibat mencapai tujuan yang sebenarnya dan alas an atau faktor-faktor penyebab konflik tidak mengalami perubahan. Hasil kalah-kalah biasanya akan terjadi apabila konflik dikelola dengan sikap menghindari, akomodasi, meratakan dan atau melalui kompromis.
Sikap menghindari merupakan sebuah bentuk ekstrim tidak ada perhatian, seseoramg bersikap seakan-akan konflik tidak ada dan mereka hanya berharap bahwa konflik tersebut akan terselesaikan dengan sendirinya. Akomodasi berusaha menekan perbedaan-perbedaan antara pihak yang berkonflik dan menekankan pada persamaan-persamaan pada bidang-bidang kesepakatan.
Kompromis akan terjadi bila dibuat akomodasi sedemikian rupa sehingga masing-masing pihak yang berkonflik mengorbankan hal tertentu yang dianggap mereka sebagai hal yang bernilai. Akibatnya tidak ada satu pihakpun yang mencapai keinginan mereka dengan sepenuhnya dan menciptakan kondisi-kondisi ateseden untuk konflik-konflik yang mungkin akan muncul pada masa yang akan datang.
Konflik Menang-Kalah
Pada konflik menang-kalah salah satu pihak mencapai apa yang diinginkannya dengan mengorbankan keinginan pihak lain. Hal tersebut mungkin disebabkan karena adanya persaingan dimana orang mencapai kemenangan melalui kekuatan, keterampilan yang superior atau karena unsure dominasi. Ia juga dapat merupakan hasil dari komando otoratif ketika seorang otoriter mendikte sebuah pemecahan kemudian dispesifikasikan apa yang akan dikorbankan dan oleh siapa.
Jika figure otoritas tersebut merupakan pihak aktif didalam konflik yang berlangsung maka dapat diperkirakan siapa yang akan menjadi pemenang dan siapa yang akan kalah. Strategi-strategi menang-kalah juga tidak memecahkan sebab pokok terjadi konflik kemungkinan pada lin waktu konflik-konflik akan muncul lagi.
Konflik Menang-Menang
Konflik menang-menang dilaksanakan dengan jalan menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam konflik yang terjadi. Hal tersebut dapat dicapai jika dilakukan konfrontasi persoalan-persoalan yang ada dan digunakan cara pemecahan masalah untuk mengatasi perbedaan-perbadaan pendapat dan pandangan.Kondisi menang-nang meniadakan alas an-alasan untuk melanjutkan atau menimbulkan kembali konflik yang ada karena tiada yang dihindari ataupun ditekankan. Semua persoalan-persoalan yang relevan diperbincangkan dan dibahas secara terbuka.
Pemecahan masalah dan kerja sama dapat dikatakan sebagai pendekatan yang paling berhasil dan paling baik dalam usaha manajemen konflik. Akan tetapi bukan berarti pemecahan yang lain tidak memiliki nilai potensila dalam pengelolaan suatu konflik namun juga terdapat konflik yang tidak dapat dikelola dengan kolaborasi. Untuk hal-hal demikian dapat dipakai prinsip ( minus mallun ) terbaik diantara yang kurang baik. Dalam menangani konflik terutama yang sifatnya destruktif kita harus menjunjung tinggi demokrasi transparansi dan toleransi dalam segala aspek kehidupan.
Perdamaian Melalui Kekuatan
Kosep perdamaian melalui kekuatan mendukung penggunaan cara apapun yang diperlukan. Pendekatan ini melahirkan model kekerasan criminal dan mengandalkan pencegahan melalui intimidasi untuk mengurangi prilaku kekerasan dan mendukung pengembangan teknologi. Tindakan tersebut dijalankan oleh Negara polisi atau militer dan sistem pengadilan kriminal tetapi pada tingkat yang ekstrim jika Negara diras tidak efektif maka kelompok-kelompok yang peduli akan turut campur tangan.
Pola Kontrol Hukum
Pendekatan ini menekankan pada negosiasi dan perjanjian pengendalian sejata dilingkungan internasional penegakan hokum secara efektif yang digabungkan dengan program sosial untuk menghadapi pada pelanggar hukum ditingkat local serta kerangka hukum untuk melindungi hak asasi manusia. Inti pendekatan ini ialah salah satunya jalan untuk menghentikan kekerasan dengan mempertahankan aturan hokum. Pertikaian antar kelompok harus diselesaikan diruang pengadilan bukan di medan perang karena manusia pada dasarnya bersifata rasional sehingga dapat diajarkan untuk melakukan cara yang rasional.
Keamanan Bersama Dan Konflik Tanpa Kekerasan
Pendekatan ini menuntun adanya konstruksi institusi yang dapat menghambat munculnya sebab-sebab kekerasan dan tidak menekankan pada organisasi agen control sosial seperti militer dan kepolisian. Pendekatan ini menekankan pada kerja sama dan konflik tanpa kekerasan.
Adapun asumsi mendasar pendekatan ini antara lain sebagai berikut.
- Tidak ada manusia yang akan aman hingga setiap orang merasa aman.
- Kekuatan diperlukan untuk mempertahankan perdamaian.
- Penyelesaian masalah dengan cara kekerasan hanya akan menghasilkan kepuasan sementara.
- Kekerasan struktur dapat menjadi destruktif seperti bentuk kekerasan lain.
- Konflik tidak harus menjadi suatu kemenangan bagi salah satu pihak dan kekalahan pada pihak lain.
- Perjuangan tanpa kekerasan secara moral dan strategi lebih bernilai dari perjuangan dengan kekerasan.
Secara singkat pendekatan keamanan bersama menghendaki adanya permulaan kembali semua pendekatan mendasar terhadap hubungan manusia dari tingkat keluarga hingga pada sistem dunia.
Demikianlah artikel dari Lazuare.com mengenai Cara Mengatasi Konflik Sosial – Pengertian, Teori, Faktor, Jenis, Upaya, Hasil Manajemen, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semuanya.